TOP NEWS

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Maecenas mattis nisi felis, vel ullamcorper dolor. Integer iaculis nisi id nisl porta vestibulum.

Selasa, 21 Agustus 2012

Islam vs Sistem Ekonomi Kapitalis dan Sosialis




Oleh : Muh. Ihsan Hadi
  Sebagai sebuah jalan hidup, agama Islam berbeda dengan agama lainnya di muka bumi ini. Islam mengatur perilaku ekonomi manusia yang tidak diajarkan oleh agama lain. Dalam mengatur sistem ekonominya, Islam berhadapan dengan sistem-sistem ekonomi lainnya yang pada awalnya terkotak menjadi dua kutub yaitu kepitalisme dan sosialisme. Kedua paham ini seringkali dikonotasikan sebagai representasi perilaku ekonomi negara tertentu, misalnya kapitalisme dicerminkan oleh Amerika dan sosialisme dicerminkan oleh Uni Soviet.
  Sebagian orang ada yang menganggap bahwa sistem ekonomi Islam tidak jauh berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis dan ekonomi sosialis. Anggapan ini ada karena sebagian mereka melihat sisi persamaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis. Dari satu sisi, anggapan ini bisa dibenarkan, tapi jika dilihat dari keseluruhan isinya, anggapan ini tentu salah besar. Untuk memahami sistem ekonomi Islam dan kedudukannya dari sistem ekonomi lainnya, maka kita perlu memahami apa itu sistem ekonomi.
  Sistem ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai seperangkat prinsip-prinsip yang merupa kan kerangka kerja bagi terjadinya aktifitas ekonomi. Ada tiga bagian yang membentuk sistem ekonomi yaitu : filosofi ekonomi, perangkat peraturan, dan fungsi-fungsi yang  berjalan yang menentukan variabel-variabel ekonomi. Atas dasar tersebut mari kita membandingkan sistem ekonomi yang ada di dunia ini yaitu sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis (Marxism) dan sistem ekonomi Islam.
Filosofi Ekonomi
  Filosofi ekonomi memberikan fondasi baru suatu sistem ekonomi yang membentuk pandangan terhadap produksi, distribusi, dan konsumsi. Filosofi ekonomi ini dibangun di atas doktrin-doktrin kehidupan yang mempengaruhi pelakunya.
  Sistem ekonomi kapitalis, filosofi ekonominya tercermin dalam dua ungkapan yaitu laissez faire (kebebasan berbuat) dan invisible hand (tangan yang tak terlihat). Akibat dari filosofi ini mereka menuntut kebebasan seluas-luasnya sehingga tidak ada yang membatasi para pelaku ekonomi untuk berbuat sepuasnya demi kepentingan dari sendiri. Pemahaman ini didasari oleh filosofi Adam Smith bahwa terselenggaranya keseimbangan pasar dikarenakan manusia mementingkan diri sendiri. Smith menulis, “Kita bisa makan bukan karena kebaikan si tukang roti, tukang minuman, atau si tukang daging, melainkan karena sifat mementingkan diri sendiri yang ada dalam diri mereka. Kita bukan mengharap cinta mereka terhadap orang lain, melainkan cinta mereka terhadap dirinya sendiri.”
  Lain halnya dengan sistem ekonomi sosialis. Filosofi yang menonjol dalam sistem ini adalah konsep perjuangan kelas dan kontradiksi antar kelas. Dari perjuangan dan kontradiksi antar kelas ini, maka lahirlah apa yang disebut revolusi proletarian dan jugaproletarian yang diktator. Perjuangan dan kontradiksi antar kelas masyarakat adalah manifestasi dari filosofi konflik. Filosofi konflik ini juga dipengaruhi oleh agama atau kepercayaan yang dianut para pelakunya.
  Sedangkan dalam Islam, filosofi yang mendasari sistem ekonominya adalah rukun iman yang enam itu. Keimanan tersebut yang membedakan filosofi ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya. Keimanan kepada Allah menjadikan pelaku ekonomi ini tunduk dan patuh pada aturan Allah l. Keimanan kepada malaikat membuat kita sadar ada yang mengawasi perilaku ekonomi kita setiap saat. Keimanan kepada Al-Qur’an membuat kita tidak berhukum dengan hukum selain hukum Al-Qur’an. Keimanan kepada nabi dan rasul-Nya memberi kita tauladan yang sempurna sehingga tidak perlu mencari contoh lain yang tidak jelas kebenarannya. Iman kepada hari akhir memberikan filosofi jangka panjang melampaui kehidupan dunia kita yang fana, yaitu keimanan bahwa kita akan dihidupkan sesudah mati dan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah kita lakukan dalam aktifitas ekonomi. Terakhir, keimanan kepada qadha’ dan qadar akan memberi kita kelapangan hati tentang hasil dari aktifitas ekonomi kita setelah berusaha.
Prinsip-Prinsip Dan Aturan Yang Berlaku
  Prinsip-prinsip dan aturan dalam suatu sistem ekonomi akan menyangkut masalah hubungan sosial, legal, dan kerangka perilaku para pihak yang terlibat sistem ekonomi tersebut. Pertama, hal ini minimal menyangkut kepemilikan faktor-faktor produksi yaitu siapakah yang memiliki atau menguasai faktor-faktor produksi tersebut. Kedua menyangkut distribusi yaitu bagaimana akses terhadap transaksi atau pasar diatur. Ketiganya adalah menyangkut konsumsi yaitu bagaimana konsumsi terhadap barang atau jasa diatur/dibatasi.
  Dalam sistem ekonomi kapitalis, faktor produksi dikuasai secara mutlak oleh individu-individu sedang kepemilikan pemerintah terbatas. Akses terhadap pasar berlangsung secara bebas, artinya siapa yang kuat di pasar dapat menguasai pasar. Konsumsi juga tidak ada aturan atau batasan, dimana kepemilikan mutlak juga mendorong konsumsi yang tiada batas.
  Dalam sistem ekonomi sosialis, kepemilikan faktor produksi dimiliki secara bersama oleh kaum proletarian yang terwakili oleh kepemimpinan yang umumnya diktator. Kepemimpinan tersebut yang menentukan apa yang harus diproduksi, kapan, dan berapa banyak. Sosialisme juga mengatur perencanaan secara terpusat, upah buruh yang secara kolektif seragam. Akses terhadap transaksi atau pasar dalam sistem ini juga sangat terbatas.
  Sedangkan dalam sistem ekonomi Islam, pelaku ekonomi hanyalah seorang wakil yaitu wakil atau khalifah Allah di muka bumi. Hak terhadap faktor produksi terbatas pada hak untuk menggunakannya dan bukan hak kepemilikan mutlak. Hal ini terkait langsung dengan pertanggungjawaban atas penggunaan faktor produksi tersebut terhadap pemilik sesungguhnya yaitu Allah l. Selain itu, hak ini pun dibatasi waktunya yaitu sebatas umur kita. Itulah sebabnya dalam Islam juga diatur hukum waris yang sangat adil. Akses terhadap pasar terbuka bebas tetapi diatur dengan sistem yang adil. Tidak ada satu pihak pun yang boleh mengambil hak akses pasar ini dengan kekuatan atau kekuasaannya. Konsumsi juga dibatasi pada kebutuhan yang wajar, tidak berlebihan atau boros, dan tidak pula kikir.
Fungsi-Fungsi Operasional
  Dalam operasi atau praktiknya setiap sistem ekonomi memiliki fungsi-fungsi yang mengatur agar filosofi dan prinsip-prinsip tersebut di atas dapat diimplementasikan di lapangan.
  Dalam sistem ekonomi kapitalis, agar individu bisa mencapai kepemilikan mutlak yang maksimum dan puas berbuat yang mereka suka, maka fungsi yang berjalan di lapangan adalah kebebasan di pasar, yaitu bebas untuk keluar dan bebas untuk masuk pasar. Bagi yang kuat bebas pula menguasai pasar atau monopoli lengkap dengan kebebasan untuk menentukan harga atau memaksimalkan keuntungan untuk kepentingan kapitalis.
  Dalam sistem ekonomi sosialis, perencanaan yang terpusat diimplementasikan dengan proses produksi yang seragam atau proses yang bersifat pengulangan. Kepemilikan secaraproletariat atas faktor produksi diimplementasikan dengan aturan-aturan kolektifisme.Marx, penggagas aliran ekonomi ini, berpendapat bahwa nilai dari setiap komoditi ditentukan oleh kuantitas waktu kerja yang diharuskan secara sosial, yang digunakan untuk memproduksi komoditi itu.
  Sangat berbeda dalam Islam, implementasi filosofi dan prinsip-prinsip sistem ekonominya diatur dengan hukum Islam yang sangat jelas dan rinci, lengkap dengan contoh-contohnya baik di dalam Al-Qur’an maupun Sunnah Rasulullah n. Tiga fungsi utama dalam implementasi sistem ekonomi Islam ini adalah pertama pelarangan riba, kedua investasi yang adil misalnya mudharabah dan musyarakah, ketiga adalah fungsi zakat, infaq, shadaqah, dan waqaf.
 Dari tiga bentuk sistem ekonomi di atas kita bisa menyimpulkan bahwa tidak ada alasan menyamakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi kapitalis dan ekonomi sosialis. Runtuhnya sosialisme dan perekonomian perencanaan sentral di bekas negara-negara Uni Soviet dan Eropa Timur menimbulkan sejumlah pertanyaan kritis bagi para pemerhati ideologi masa depan umat manusia. Apakah hal itu mewakili kehancuran sistem sosialis dan kemenangan tak terelakkan bagi doktrin ekonomi barat dan liberalisme politik seperti yang diklaim oleh kelompok antusias kapitalisme barat yang menandai berakhirnya sejarah. Atau, hal itu hanyalah satu rentetan dari gelombang pasang surut sejarah yang tak pernah berakhir? Jika bangunan sosialisme dalam beberapa hal disebabkan oleh kegagalan-kegagalan kapitalisme, bagaimana kejatuhannya itu bisa bermakna bahwa kegagalan-kegagalan kapitalisme (yang telah mendorong pencarian alternatif ) adalah ilusi? Islam menjawab semua tantangan ekonomi tersebut. Wallahu a’lam bish shawab (Ihsan)
Daftar Bacaan :
Ekonomi Islam. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam UII Yogyakarta atas kerja sama dengan Bank Indonesia. Rajawali Pers. 2008
Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham. M. Iqbal. Dinar Club. 2007
Resensi Buku “Islam dan Tantangan Ekonomi” Karya Umar Chapra
Tiga Sumber dan Tiga Komponen Marxisme. Vladimir Lenin

23.47 Diposting oleh syarifuddin 0

Mukaddimah

Dengan Rahmat Allah SWT  
Hari ini Rabu 22Agustus 2012 
DI Mulainya  Perjalanan Islam Sosialis Indonesia 
Amien
Sosialisme Islam merupakan istilah yang dicipta oleh Tokoh Muslim untuk memuaskan Keinginan  suara sosialisme yang lebih bersifat rohaniah dan spiritualis yang berlandaskan agama. Kita menyadari  bahwa sebagian intelektual muslim mengisyaratkan Sosialisme sebagai Ajaran yang berasal dari kaum  atheis  namun sebaliknya sesungguhnya islam sejatinya Lebih sosialis di banding ajaran sosialis yang ada di seluruh penjuru dunia dan berbagai aturan cara sosialis, seperti perampasan hak milik peribadi, sebagai menindas dan menentang ajaran Islam. Sosialis Islam pula mempercayai bahawa ajaran Muhammad adalah bersamaan dengan prinsip-prinsip kesetaraan dalam hal kemakmuran.


23.00 Diposting oleh syarifuddin 0